Harga Miring
di Taman Puring
Plasadana – Sel, 13 Mei 2014
Penulis: Nasir
Pernah suatu ketika, Pasar Taman Puring di
Mayestik, Jakarta Selatan, dikenal sebagai lokasi barang murah hasil tadahan
kegiatan ilegal. Belakangan, kawasan tersebut justru jadi rujukan untuk mencari
barang asli dengan harga miring.
Wajah kelam Taman Puring berubah sejak Pemda
DKI Jakarta menjadikannya sebagai lokasi membangun usaha masyarakat yang
terkena PHK saat krisis 1998 berlangsung. Bukan hanya menjual perlengkapan
mobil, tapi sepanjang mata memandang lorong perlintasan, rak-rak sepatu
terpajang. Dari sepatu kulit, sepatu gunung, sepatu futsal, hingga sepatu gaul
khas anak muda zaman sekarang.
Harga yang ditawarkan pedagang di lokasi ini
terbilang murah. Maklum, barang yang dijual kebanyakan memiliki kualitas nomor
dua. Bagi mereka yang berkantong tipis, Taman Puring bisa jadi alternatif
berburu sepatu.
Menurut salah satu pedagang sepatu di Pasar
Taman Puring, Rendi, pasar ini memang menyediakan beragam jenis sepatu, baik untuk
kegiatan olahraga maupun sepatu formal untuk bekerja. Tidak hanya itu, merek
sepatu yang ditawarkan juga beragam: Nike, Puma, All Star, Adidas, termasuk
Clarks.
"Modelnya juga beragam, ada model
standar, santai, sampai sepatu pesta. Pokoknya lengkap semua jenis ada,"
ujar Rendi saat diwawancarai Plasadana.com untuk Yahoo Indonesia.
Soal harga, pria asal Jawa Timur itu
menambahkan, sangat bervariasi, tergantung jenis dan merek. Kisarannya bisa
Rp100-200 ribu.
Namun, harga tersebut bukanlah harga mati dan
calon pembeli masih bisa menawar jika dirasa harga yang ditawarkan terlampau
mahal. "Kita di sini jualnya obral, asal cukup buat balik modal dan
tambahan untung, masih bisa ditawar," papar dia.
Jamaludin, pedagang lain di Pasar Taman
Puring menambahkan, barang yang dijual di lokasi ini didapatkan langsung dari
pabrik yang ada di daerah Jakarta, seperti Kebon Jeruk dan Meruya. Namun, ada
pula pedagang yang mengambil barang dari luar negeri, yaitu Cina. "Kalau
saya ngambilnya yang lokal aja, kalau dari luar belum berani, karena harus
banyak pesannya," papar dia.
Selama berjualan di Pasar Taman Puring, dia
menambahkan, keuntungan yang didapatkan terbilang cukup untuk memenuhi
kehidupan sehari-hari. Kalau sedang ramai, seperti saat musim anak masuk
sekolah, dalam sehari uang lebih dari Rp1 juta yang masuk kantong. Kalau sepi,
bisa turun hingga Rp500 ribu per hari.
"Di sini ramainya itu kalau mau lebaran
sama tahun ajaran baru anak sekolah. Lumayan, untungnya bisa dua kali lipat
dari hari biasa,” papar dia.
Sempat dikenal sebagai pusat penjualan barang tadahan, kini Taman Puring dikenal sebagai pusat barang berharga.
Meski begitu, dia mengaku, jika dibandingkan
tahun-tahun sebelumnya, angka tersebut bisa dikatakan menurun drastis. Pada
2008, penjualannya bisa mencapai Rp3-4 juta sehari. Kemudian turun menjadi
Rp1-2 juta per hari pada 2009. Sekarang, dalam satu hari dirinya hanya bisa
mendapatkan omzet antara Rp500 ribu-1 juta.
"Semenjak banyak yang jualan sepatu
pakai sistem online memang pendapatan sedikit turun, tapi karena kita sudah
punya langganan, masih cukuplah buat diputer," tukas dia.
Namun, ada juga pedagang lain yang berbisik
bahwa dagangannya adalah sepatu asli. "Ada yang bocoran dari pabrik, ada
juga yang bekas gara-gara pemiliknya sudah bosan. Tapi masih 90 persen,"
tuturnya.
Karena itulah, kejelian konsumen memahami
barang asli dan harga sangat bermanfaat saat berkunjung ke pasar yang tutup
pada pukul 17.00 ini.
https://id.berita.yahoo.com/harga-miring-di-taman-puring-061013838.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar